Saya masih mengingat baik hari itu, 9 Juni 2011. 1 tahun sebelumnya, pada hari yang sama, saya memulai perjalanan ke benua biru itu. Cukup waktu 4 setengah tahun hingga waktu itu tiba. Ada rasa senang bercampur tegang juga sedih yang tak jelas gambarnya. Dan 1 tahun kemudian, perjalanan itu harus di akhiri. Ada sebuah rasa ketidakpercayaan. Apakah keputusan saya untuk mengakhiri petualangan ini benar, dan apa yang akan saya lakukan nanti. Mengingat bahwa menuju benua ini memerlukan perjalanan panjang.
Dalam hati saya meyakinkan diri, menampik keraguan. Ini semua pasti berujung pada sebuah kebaikan. Yang saya ikuti adalah keinginan semua orang meski keinginan saya tak ada satupun yang paham.
Oke, saya tak egois. Saya tak ingin mengecewakan mereka yang telah menanti saya 365 hari lamanya, untuk melepaskan rindu yang tertahan. Hari itu, 9 Juni 2011 melalui bandara Munchen, Bayern-Jerman saya mengambil penerbangan ke Indonesia dengan maskapai Emirates yang akan terbang pada pukul 15.30 sore hari.
Saat itu saya hanya ditemani seorang teman yang bermukim di Jerman. Ia yang melepas kepergian saya. Pukul 15.30 pesawat tinggal landas, meninggalkan Jerman, negara yang selalu saya pandangi peta nya, yang saya tempel di kamar tidur dengan berbagai tulisan yang saya torehkan di atasnya. Saya tinggalkan ia bersama cita-cita dan mimpi yang entah kapan dan bagaimana saya bisa penuhi.
Kini, setelah 1 tahun berlalu yang hadir adalah penyesalan. Sesal yang terus menggunung tatkala jejak langkah dan detik-detik perjalanan itu menampakkan diri di hadapan. Sesal karena saya tak mengikuti kehendak hati, tak memperjuangkan keinginan diri. Saya mengesampingkan semua itu dengan harapan sesuatu yang lebih baik nanti. Dan nyatanya tak ada. saya tak jadi apa-apa disini. Semua serba setengah. Semua yang ingin saya wujudkan disini hanya menjadi setengah matang, tak pernah jadi matang atau terpenuhi. Saya memang menyesal, meski itu adalah perbuatan yang hina.
Saya menyesal meninggalkan cita-cita saya di sana. Cita-cita yang mungkin akan terwujud jika saya berani menolak keinginan. Dan sekarang kesempatan itu pun hilang seiring dengan langkah saya yang menghilang disana. Saya tetap bukanlah apa-apa, tak jadi apa-apa.. dan saya menyesal, sangat menyesal…