Pengantar para penumpang..

akhirnya.. setelah sekian lama saya menunggu nya dan hampir layu hati ini karenanya.. saya kembali bertemu dengannya dalam perjalanan pulang..

hati ini suka riang.. seperti anak kecil yang mendapat ijin untuk memakan coklat.. bibir ini selalu melengkung, merekah memberikan senyuman semanis mungkin ketika akan berhadapan langsung dengannya, lelaki yang menyupir bus itu.. oh.. kau sungguh memikat, lawan jenis..

tak  sadar kapan saya mulai memberikan secuil hati ini padanya.. kapan pun itu..saya berbunga-bunga hari ini.. dan ketika kesempatan untuk sedikit mengadakan pembicaraan dengannya, saya tak menyia-nyiakannya.. saya menunjukkan kartu perjalanan saya seraya menunjukkan senyum yang menawan dan berharap ia tertarik.. dan saya pun dengan sedikit terbata-bata kemudian menyatakan “Hallo..” dan pergi berlalu,seakan-akan saya adalah angin, berusaha untuk tetap anggun, meski saya seperti balon gas yang terlalu banyak diisi helium, sehingga ia meledak, dhuaaarrr..

saya mengambil tempat di belakang pintu keluar dengan pemandangan langsung pada kaca spion sang pengemudi..  sang adam ini tampak sangat gagah di belakang kemudi itu.. dengan lengan cardigan yang ia tarik ke atas, tangan yang mencengkram kopling dan menekan begitu banyak tombol.. saya hampir tak bisa membayangkan bagaimana ia bs begitu hapal fungsi keseluruhan tombol itu.. dan saat yang menakjubkan pun tiba, ketika cahaya lembayung matahari bersemu orange itu menyinari wajahnya.. saya terpaku, ia sangat memukau.. seperti lukisan-lukisan yang terpatri di Gemaeldegalerie di dresden, tapi ia nyata.. saya pun tak hentinya mencuri waktu untuk memandangnya dalam kaca spion.. dan ketika ia melirik (saya pun sebenarnya tidak tahu secara pasti ke manakah ia menjatuhkan pandangannya), saya pun berusaha berpaling, berusaha tidak membuat kesan aneh, melainkan ingin tampak “cool”.. haha.. taktik yang kuno alias jadul..

dan waktu pun berkata lain, saya pun harus meninggalkan ia dalam tugasnya.. meninggalkan ia tetap mengantar yang lain.. meski inginnya saya tetap membatu di kursi itu, memandang bagaimana ia bertingkah mengemudi bus..

dengan langkah teratur saya menuruni bus itu.. saya tersenyum dengan tangan memegang balon gas itu, detik itu saya merasa menjadi ABG.. kagum-kagum tidak  jelas.. senyum-senyum tidak tentu.. tapi saya senang.. meski saya tak tahu,apakah ia masih melajang atau beristri bahkan menduda.. saya hanya senang ketika melihatnya..

oh.. lelaki tanpa nama itu, biarlah ia hanya jadi pewarna dalam perjalanan saya disini.. karena pelabuhan terakhir saya bukanlah padanya, melainkan pada sesosok lain yang telah setia menunggu di belahan bumi khatulistiwa..