moment of my life

8. Juni 2011, pukul 07.00 PM MESZ*

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. salah satu pameo yang selalu ada dalam setiap kehidupan. dan ia pun ternyata berlaku pada hidup saya. hari itu adalah jejak langkah petualangan terakhir saya di Jerman. setelah genap 365 hari, kaki ini harus kembali ke pangkuan Ibu pertiwi. Selesai sudahlah perjalanan kaya rasa mengelilingi benua biru ini.

dan hari itu juga, rutinitas yang telah membiasa dalam keseharian saya pun harus berakhir. tapi jika hendak jujur, tak ada perasaan sedih, gundah maupun gelisah di hati ini.  padahal pulang menyiratkan sebuah akhir dari cita-cita saya yang ditambatkan pada negara sang kanselir Merkel. saya seakan tenang menghadapi semua ini. mungkin karena yakin bahwa suatu saat, cepat atau lambat. saya ingin kembali kesini dengan tentunya undangan berbeda. (amien ya Rabb)

08.30 AM MESZ

ketika itu, saya mengantar Jana ke Tk. menjadi pemandangan berbeda, saat guru-guru disana menyalami saya dan berkata “Guten Flug und schoen, Sie zu kennen” (*selamat terbang dan senang mengenal anda). dari titik itu, saya mulai menyadari, inilah akhir itu. Sesampai nya di rumah, saya kemudian membereskan kamar berbentuk persegi panjang dengan 2 buah pot yang terletak pada jendela yang menghadap balkon. kamar bercat putih dengan 3 gambar anggrek bulan pada dinding sebelah kiri dan 3 buah mini foto brgambar bayi lukisan Anne Geddes, favorit ibu angkat saya. kamar itu sebenarnya adalah kamar ibu angkat saya, tetapi ia menyerahkan kepemilikannya pada saya. ia ingin membuat saya nyaman di rumah baru yang hanya akan saya tempati untuk 2 bulan saja. Saya terharu.  satu hal ini lah yang saya sesali, karena ia dan jana kemudian akan berjalan sendiri, tanpa saya dan tanpa yang lainnya. Suatu hari sebelum kepergian saya, ia pernah berkata pada anaknya “Jana, jika juni pulang. Maka ibu tidak memiliki teman bicara. tak ada lagi yang mengajak mu bermain dan membeli es krim”.  Perasaan saya begitu flat kala itu, tapi kini semua seakan jelas, kata perpisahan seakan bertengger di depan mata.

malam sebelumnya, kami memang tak banyak bicara. kursus terakhir saya pada malam itu ternyata membuat saya tak memiliki waktu pada malam hari hanya untuk sekedar mencurahkan isi hati. hanya sebuah momen pemberian kado perpisahan saja. 1 buah kado berbentuk persegi panjang yang tebungkus kertas kado berwarna merah dengan sebuah pesan bahwa barang ini akan berguna ketika saya menjadi pengajar dan 2 buah kartu beramplop merah serta putih. dan ketika saya sampai tanah air, saya kemudian tahu benda apa itu: file organizer beserta kartu ucapan ulang tahun disertai pensil berwarna hitam legam bertahtakan kilau berlian pada sisi ujungnya serta surat perpisahan dengan gambar batu bertuliskan “ob eine Sache gelingt oder nicht, weiss man gar nicht. sondern man probiert es aus” (*apakah suatu perkara itu berhasil atau tidak, orang tak akan mengetahui nya. tetapi seseorang harus mencobanya).

1.00 PM MESZ

saya menjemput jana. hari memang tak bersahabat kala itu. meski ini adalah awal musim panas, tetapi sudah 3 hari ini hujan melanda kota landau, negara bagian Rheinland-Pfalz. dalam basahnya jalan, saya dan jana kemudian menyusuri jalan menuju sebuah restoran cina dg nama KANTON.  kami memang telah membuat janji bertemu di tempat ini untuk makan siang bersama sekeluarga, tentunya terakhir kali nya. kala itu kami menikmati nasi goreng dan mie goreng. makanan yang akan menjadi menu biasa kembali ketika saya sampai di indonesia. selesai makan, kami memutuskan pulang ke rumah. bersiap menunggu waktu keberangkatan saya ke stasiun kereta yang akan membawa saya ke muenchen. untuk menginap di salah satu teman kuliah saya, karena penerbangan yang saya ambil kala itu adalah bandara Muenchen.

05.00 PM MESZ

deringan telepon memecah kesunyian rumah. koper dan tas tangan telah saya dekatkan dengan pintu keluar. kami menuruni tangga. koper berbobot 30 kg seakan membuat tangan saya akan lepas dari sendi nya. sakit sekali. di dalam taksi, kami tak banyak bicara. sesampainya di stasiun kereta, kami menunggu. cukup 20 menit saja. kereta dengan jurusan stasiun Karlsruhe telah menjemput kami. sepanjang perjalanan, kami membisu, terutama ibu angkat. tak sedikitpun keluar sepatah kata dari wajahnya yang pucat. hanya omelannya saja pada jana yang bisa ku dengar dan sebuah pertanyaan padaku apakah aku membawa minum yang ia belikan pada hari sebelumnya. selain itu ia bagai patung. saya berusaha mencairkan suasana dg mengajaknya mengobrol. ia tetap tak bergeming.

06.00 PM MESZ

tiba di stasiun karlsruhe, kami harus berlari. hanya ada waktu 13 menit saja bagi kami bertiga untuk menyusuri peron 121 menuju peron 18.. dengan tanpa eskalator. pekerjaan itu menjadi sulit sekali. tapi beruntunglah. waktu masih tersisa 8 menit.  di depan kereta berlaber IC, saya pun memeluk jana. memeluk sekuat tenaga dengan kehancuran di hati. aku memandang ibu angkat. Ia menatap ke atas. dengan bibir bergetar. lalu ku tatap matanya. Ia menangis. tangisan yang tak tertahankan pun mulai mengalir di pipi kami berdua. perasaan sedih yang tak sejak tadi tak nampak seakan memeluk erat kami berdua. ia benar-benar menangis. 2 kejadian yang pernah aku saksikan ketika ia menangis, yakni perceraian dengan suaminya yang meninggalkan luka dalam dan perpisahan di stasiun kereta kala itu. Ia memeluk erat saya dan mengucap kan “danke” (*terima kasih). kami menangis tersedu dengan mata merah. selesai sudah, waktu yang di berikan Allah untuk menemani keluarga kecil ini dalam suka maupun duka. 3 bulan menjalani masa sulit bersama mereka. menikmati kesedihan bersama dan kehancuran mimpi-mimpi kami juga bersama. hingga menjalani hidup baru hanya bertiga saja di 2 bulan terakhir. dan kini semua selesai. Mission completed..bagi saya.

2 menit menuju pemberangkatan

saya mulai memasuki kereta. ibu angkat tetap menangis. meski ia menyembunyikan nya dengan melihat ke atas. dan Jana, ia tampaknya belum paham, bahwa saya, juni, teman bermainnya akan pergi. pintu kereta tertutup secara otomatis. ibu angkat kemudian melambaikan tangan tanda perpisahan. kereta melaju perlahan. saya masih menangis, hingga perjalanan sampai ke stasiun heidelberg.

Stasiun Karlsruhe, perpisahan kedua dalam hidup saya yang membuat hati ini selalu sakit.

Germany, Auf Wiedersehen….

*MESZ: Mitteleuropaeische Sommerzeit (*central european summer time)